Selasa, 27 September 2011

Strategi Kontrol Turbin Angin ....

Strategi Kontrol Untuk Turbin Angin Model Kecepatan-konstan Pitch-konstan Menggunakan metode Yaw Control
 Oleh Sunar (1) disarikan dari paper:
Control Strategy for Variable-Speed,
Stall-Regulated Wind Turbines
E. Muljadi*, K. Pierce*, P. Migliore *
Email: wijayasunar@yahoo.com Alamat e-mail ini diproteksi dari spabot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya
 
Abstrak
            Turbin angin kecepatan-konstan pitch-konstan (fixed-speed, fixed-pitch) dieksplorasi untuk mendapatkan sistem control yang tepat agar tercapai output daya optimal. Strategi dilakukan untuk mengontrol sudut serang nasel pada sumbu horizontal (yaw control) terhadap arah angin. Dengan mengontrol  sudut yaw nasel untuk selalu tepat mengikuti arah datangnya angin, kecepatan angin dapat maksimal memutar sudu-sudu generator sehingga daya aerodinamis yang diperoleh dapat maksimal. Tetapi kecepatan rotor maksimum tidak selalu diinginkan,  saat kecepatan angin sangat tinggi, justru harus dihindari karena dapat menyebabkan over daya melebihi daya nominal (rated daya) turbin yang akibatnya merusak generator. Model perhitungan dikembangkan dan disimulasi. Hasil simulasi memperlihatkan arah sudut yaw dan output daya dapat diatur.
(1)  Perekayasa di Pustekbang LAPAN
*National Wind Technology Center, National Renewable Energy Laboratory, 1617 Cole Boulevard,Golden, CO 80401, U.S.A.


 
1.   PENDAHULUAN
Turbin angin merupakan salah satu sumber energi terbarukan alternatif yang memanfaatkan sumber daya alam berupa angin yang gratis. Terdapat berbagai tipe turbin angin yaitu kecepatan-konstan pitch-konstan (fixed-speed fixed-pitch- FS-FP), kecepatan-konstan pitch-berubah (fixed-speed variable-pitch– FS-VP), kecepatan-berubah pitch-konstan (variable-speed fixed-pitch– VS-FP) dan kecepatan-berubah pitch-berubah (variable-speed variable-pitch- VS-VP)[1]. Masing-masing tipe memiliki kelebihan dan kekurangan dan memerlukan metode control yang berbeda-beda.
Tujuan utama dari kontroler adalah untuk memodifikasi keadaan-keadaan operasi (operating states) turbin untuk menjaga operasi aman, memaksimalkan daya, mengurangi kelelahan beban yang merusak, dan mendeteksi kondisi gangguan pada turbin[2]. Strategi dan metode control juga bermacam-macam yaitu mengontrol kecepatan putar generator, sudut sudu (blade) dan mengontrol seluruh bagian yang berotasi pada turbin angin. Pengontrolan sudut blade dan rotasi turbin dibagi menjadi 2 metode yaitu pitch control dan yaw control[3]. Dalam tulisan ini dibahas strategi dan control pada turbin angin fixed-speed, fixed-pitch menggunakan metode yaw control.
    
2.   DASAR TEORI
2.1. Karakteristik Turbin Angin
Sebagian besar fokus tujuan control adalah optimalisasi daya turbin. Untuk memahami karakteristik daya yang dihasilkan turbin angin perhatikan grafik kurva daya pada gambar 2.1. Dalam tipikal turbin  angin, ada beberapa wilayah operasi. Di Wilayah (region) 2, di bawah kecepatan angin nominal (rate wind speed), tujuan kontroller adalah untuk memaksimalkan daya turbin. Di Wilayah 3, di atas kecepatan angin nominal, tujuannya adalah untuk mempertahankan daya turbin konstan (sesuai daya nominal), dengan membatasi beban turbin dan daya generator. Daerah operasi lain meliputi startup (Wilayah 1) dan shutdown.
 
Gambar 2.1 Kurva daya turbin angin
Daya atau Daya (P) dikonversi oleh turbin angin akibat kecepatan angin ditunjukkan pada persamaan 1. Dalam hal ini persamaan 1 merepresentasikan daya listrik bersih (net electrical daya) setelah dikurangi efisiensi aerodinamis dari sudu rotor dan sistem mekanik dan rugi-rugi elektrik.
 P = 0.5r.A.Cp.V3    …………………………………[1]
 dimana:
r = mass density of air
A = area swept by the rotor blades
V = wind speed
Cp = nondimensional daya coefficient
                 Untuk turbin fixed-speed fixed-pitch (FS-FP), tujuan control adalah turbin beroperasi mendekati efisiensi maksimum, dimana hasil target daya dapat dirumuskan pada persamaan 2 (substitusi dari persamaan 3 dan 1).
 Ptarget = 0.5r.A.Cptarget (R/TSRtarget)3w3  ….[2]
 Dimana:
R = rotor radius measured at the blade tip
w = rotational speed of the blade
Tip-speed-ratio (TSR) merupakan tip speed nondimensional, didefinisikan sebagai ratio antara kecepatan rectilinear blade tip dan kecepatan angin, dirumuskan dalam persamaan 3.
 
TSR = wR/V   .………………………….[3]
 
Hingga saat ini semua turbin angin menerapkan kontrol dan strategi yang berbeda untuk mencapai tujuan controller. Beberapa turbin mencapai tujuan kontrol melalui sarana pasif, seperti fixed-blade, menggunakan kontroller stall. Dalam sistem turbin, blade dirancang sedemikian sehingga daya terbatasi di Wilayah 3 sampai blade stall. Tidak diperlukan proses mekanisme blade dalam sistem ini. Di Wilayah 2, kecepatan generator adalah tetap (fixed). Biasanya, kontrol ini hanya melibatkan operasi start-up dan shutdown turbin.
Rotor dengan adjustable blade (blade yang bisa diatur) sering digunakan dalam turbin kecepatan-konstan untuk memberikan kontrol yang lebih baik terhadap daya turbin, daripada dengan blade stall. Blade dapat diatur untuk memberikan tenaga yang konstan di Wilayah 3. Mekanisme blade dalam turbin harus cepat, untuk memberikan pengaturan tegangan yang baik terhadap kondisi hembusan dan turbulensi angin.
Mengoperasikan turbin dengan kecepatan rotasi konstan di Wilayah 2 (melalui penggunaan generator sinkron atau induksi) memiliki konsekuensi terhadap output daya turbin. Untuk memaksimalkan output daya di Wilayah 2, kecepatan rotasi dari generator turbin harus bervariasi (berubah-ubah) terhadap kecepatan angin untuk mempertahankan rasio tip-speed (TSR) konstan. Gambar 2.2 menunjukkan koefisien daya rotor Cp versus TSR untuk turbin dengan sudut blade yang berbeda. Pada masing-masing kurva terlihat Cp maksimum pada TSR tertentu. Untuk turbin fixed-speed, ini berarti bahwa hanya pada kecepatan-angin tunggal akan mencapai Cp optimal. Untuk semua kecepatan angin lainnya, turbin beroperasi pada Cp nonoptimum.
 
Gambar 2.2 Karakteristik Daya Coefisien vs TSR
 Sebagian besar turbin angin komersial memungkinkan kecepatan rotasi generator bervariasi terhadap kecepatan angin (turbin variable-speed). Hal ini memungkinkan turbin untuk beroperasi mendekati Cp optimal dan memaksimalkan daya terhadap rentang kecepatan angin yang ada. Kontrol blade digunakan di Wilayah 3 untuk membatasi daya.
Sebagian besar turbin angin komersial menggunakan kontrol yaw aktif untuk mengarahkan turbin ke angin. Error sinyal yaw dari nacelle yang dipasangi sensor arah angin digunakan untuk menghitung kesalahan kontrol. Sinyal kontrol biasanya hanya perintah untuk yaw turbin dengan kecepatan lambat konstan dalam satu arah atau arah sebaliknya. Motor yaw diaktifkan ketika error yaw melebihi besar sudut tertentu (sudut referensi) dan dimatikan ketika kesalahan yaw kurang dari besar sudut yang ditentukan.
                Gambar 2.2 menggambarkan karakteristik hubungan Cp-TSR turbin. Untuk turbin fixed-speed maka blade rotor perlu didesain beroperasi mendekati efisiensi maksimum (Cpmax) pada kecepatan angin yang sesuai dengan kondisi rata-rata distribusi angin yang terjadi.
                Dari persamaan 2 dan gambar 2.2 bahwa daya pada beberapa kecepatan angin dimaksimasi oleh operasi pendekatan TSR yang menghasilkan koefisien  daya (Cp) maksimum. Untuk turbin variable-speed ini berarti bahwa kecepatan rotor dapat diatur dengan proporsional terhadap perubahan kecepatan angin. Namun dalam prakteknya jika hanya kecepatan angin belum mencukupi untuk parameter kontrol, masih diperlukan perhitungan delay-delay yang terjadi.
Meskipun demikian, dengan manipulasi sederhana persamaan 2 dan 3 target daya dapat digambarkan dalam persamaan 4 sebagai fungsi RPM, sehingga lebih mudah diukur sebagai parameter kontrol.
 Ptarget = K1w3 = K2 (RPM)3  ………………………..…. [4]
                 Tujuan pembahasan di tulisan ini adalah untuk mengevaluasi perilaku turbin angin variable-speed, kontrol stall.  Untuk menyederhanakan analisis algoritma control variable-speed dipilih dengan asumsi operasi steady-state digambarkan dengan kurva Cp-TSR turbin. Efek seperti errors tracking, wind shear and swirl diabaikan.
 
1.   PEMBAHASAN DAN ANALISA
1.1.  Strategi control
Daya yang disediakan dari angin proporsional terhadap cube of kecepatan angin. Maka untuk mengatur daya terhadap peningkatan kecepatan angin, harus ada beberapa mekanisme untuk menurunkan efisiensi blade rotor. Turbin fixed-speed fixed-blade mengakomodasi kondisi ini secara otomatis, karena dalam kecepatan angin tinggi blade stall. Hasil penurunan lift dan peningkatan drag secara signifikan mengurangi kemampuan blade menghasilkan daya dari angin. Penting dicatat bahwa hal ini bisa terjadi jika generator (dan pengkonversi daya) dapat membatasi RPM rotor, kemudian memaksa blade untuk stall.
Percepatan rotor dapat dibuat menjadi nol selama daya diproduksi (diekstrak) dari angin, yang besarnya sama dengan keluaran daya elektrik generator. Hubungan ini digambarkan oleh persamaan 5 dalam fungsi torsi. Percepatan rotor berbanding terbalik secara proporsional terhadap inersia putaran sistem, terutama inersia rotor (J), dan berbanding lurus secara proporsional terhadap perbedaan antara torsi pengaruh dari angin (Twind) dan torsi elektrik generator (Telectric). Torsi aerodinamik dipengaruhi oleh operasi Cp.
         w =  (T wind  - Telectric  ) / J   …………..[5]
 Gambar 2.3 memperlihatkan karakteristik hubungan antara daya, kecepatan angin, dan RPM turbin angin. Semakin rendah operasi RPM rotor, semakin rendah pula daya maksimum yang dapat dibangkitkan. Maka turbin dioperasikan pada kecepatan rotor RPMD, akan memiliki daya maksimum PD, sedangkan jika dioperasikan pada kecepatan rotor lebih tinggi RPMC akan memiliki daya maksimum PC. Konsep ini adalah dasar dari profil daya yang diperlihatakan dalam gambar 2.4, yang menggambarkan strategi control. Pada kecepatan angin rendah dan moderat (OA), RPM generator dikontrol untuk mencapai daya maksimum dengan beroperasi mendekati Cpmax.
Gambar 2.3 Grafik P vs Kecepatan angin pada kecepatan dua rotor yang berbeda
Gambar 2.4 Profil Daya Target
Pada kecepatan angin tinggi turbin angin is prevented dari trayektori (OB) Cpmax dan dipaksa untuk beroperasi pada TSR dan Cp lebih rendah. Pada RPMA, penerapan torsi generator  menyebabkan turbin deviasi dari operasi Cpmax. Karena perbedaan antara Pwind dan Pelectric adalah positif, kecepatan rotor kontinyu meningkat, tetapi blade turbin mulai beroperasi dalam mode stall. Hal ini diharapkan bahwa kecepatan rotor akan dapat terkontrol dan dibatasi sampai dengan batas atas di RPMC. Wilayah antara RPMA dan RPMC adalah wilayah “soft stall”. Untuk menerapkan dengan sukses strategi membatasi kecepatan rotor sampai RPMC ini, kapasitas konversi daya dan generator harus cukup untuk proses daya maksimum (PC) pada batas kecepatan rotor sampai RPMC. Maka ketika kecepatan rotor mencapai RPMC, daya aerodinamik dan daya elektrik adalah seimbang, dan percepatan rotor adalah nol.
 3.2. Model Perhitungan
                Kami menggunakan turbin model 2 blade, angin rendah (downwind), variable-speed fixed-pitch dengan daya nominal 400kW. Rpm rotor dibatasi sampai RPMC (lihat gambar 2.4) ditetapkan 62 rpm. RPMA dipilih 57 rpm. Daya pada RPMC dipilih 400kW. Koefisien daya maksimum Cpmax adalah 0.457 dan target tip speed ratio TSRtarget adalah 8.5. maka rotor generator  induksi dikontrol dengan converter daya resonant-seri menggunakan metode operasi flux yang memperbolehkan control torsi pada beberapa RPM. Output stator generator dihubungkan langsung pada jala-jala 60 Hz dan factor daya 1. Generator dikontrol untuk memberikan kecepatan torsi yang diinginkan, dimodelkan sebagai generator induksi woundrotor dengan stator dihubungkan ke utility dan rotor winding dihubungkan ke converter daya. Hubungan kecepatan-torsi pada saat turbin beroperasi mendekati koefisien daya (Cp) maksimum pada kecepatan angin rendah dan moderat, dimana jumlah tangkapan energi semakin besar.

Dalam kondisi angin tinggi, torsi dikontrol untuk membatasi kecepatan rotor, yang memiliki efek proses blade stall dan pembatasan daya. Pada kecepatan angin transisi dari medium ke tinggi harus dilakukan dengan lembut, dan memerlukan tradeoff antara tangkapan energi dan pengurangan beban yang tidak dibahas dalam tulisan ini.

 
 5. ACSL Simulations
Model perhitungan sistem dikembangkan untuk memprediksi daya aerdinamik sebagai fungsi kecepatan angin dan RPM rotor menggunakan Advanced Continuous Simulation Language (ACSL). Kebutuhan masukkan meliputi geometri blade, inersia rotor, inersia drive-train, dan kekakuan (stiffness) dan damping putaran poros. Karakteristik aerodinamik turbin angin didefinisikan oleh hubungan antara nondimensional keluaran daya dan tip-speed. Masukkan kecepatan angin digunakan untuk men-drive model yang disimpan dalam file data. Meskipun beberapa distribusi temporal (dan level turbulen) dapat dipilih, kita menggunakan waktu 10 menit untuk mengurangi waktu perhitungan. Keluaran dalam bentuk torsi kecepatan tinggi dan rendah sebagai fungsi waktu.
Bagian waktu pada kecepatan angin dengan range dari 10m/s – 35 m/s dan memiliki nilai rata-rata 18m/s ditunjukkan dalam bagian atas gambar 5. Perhitungan koefisien daya, ditunjukkan dalam bagian bawah gambar 5, mengikuti strategi control untuk mengurangi secara signifikan Cp (blade stall) pada kecepatan angin tinggi sekitar saat t=120 s. Pada kecepatan angin rendah, sekitar t=110, 140 dan 175, strategi control berhasil menjaga Cp mendekati nilai semaksimal mungkin.


Gambar 5 Kecepatan angin (m/s) dan Koefisien Daya (Cp)
 Perhitungan daya dan RPM ditunjukkan dalam gambar 6. Sistem dimulai dengan operasi generator sebagai motor pada daya konstan 200 kW. Karena RPM meningkat, prosedur start-up tidak kontinyu dan mode operasi normal disimulasi. Pada kecepatan angin tinggi, kecepatan rotor dan daya berhasil dibatasi sekitar 61 RPM dan 385 kW. Karena RPM rotor dictates keluaran daya generator, daya bervariasi mengikuti perubahan RPM. Catatan bahwa fluktuasi kecepatan angin pada nilai lebih tinggi, rotor blade beroperasi dalam kondisi stall. Hal ini di evidenced oleh pengurangan RPM dan daya pada kecepatan angin tinggi sekitar t=120. Sebagai hipotesis, kecepatan rotor tidak pernah mencapai 62 RPM dan daya tidak pernah mencapai 400kW. Faktanya, menunjukkan bahwa kapasitas converter daya dan generator mungkin masih konservatif.



Gambar 6 Daya elektrik (watt) dan kecepatan rotor (RPM)
 Meskipun sulit to ascertain dalam gambar 6, observasi yang sesuai dapat dibuat. Karena kecepatan angin meningkat, sekitar saat t=110 penangkapan daya juga meningkat. Karena penangkapan daya lebih tinggi daripada daya elektrik, rotor dipercepat. Ketika RPM mencapai range stall, torsi generator ditingkatkan mengikuti profil torsi stall. Pada saat kecepatan rotor kurang dari 57 RPM, controller mengikuti mode operasi Cpmax digambarkan dengan persamaan 4. Oleh karena itu daya elektrik dikontrol menjadi fungsi RPM. Dari 57 RPM – 62 RPM turbin beroperasi dalam mode stall.
 6. ADAMS Simulations
Simulasi menggunakan Automatic Dynamic Analysis of Mechanical System (ADAMS) digabung dengan  AeroDyn aerodynamics routines.5 Model yang digunakan adalah sangat flexible yang dikembangkan oleh Wright dkk6 . Model ini dimodifikasi untuk beroperasi dalam turbin model variable-speed menggunakan NREL Soft Stall Method. Simulasi menggunakan file turbulen Kaimal yang dibangkitkan dari SNL-Wind 3D[7] di range kecepatan angin operasi. Metode control ditemukan sangat baik untuk model yang lebih kompleks. Kecepatan rotor, kecepatan angin, dan rotor daya ditunjukkan dalam gambar 7 untuk simulasi menggunakan rata-rata kecepatan angin 21 m/s. Daya dibatasi mendekati 400 kW dengan kecepatan rotor dibatasi 62 rpm. Investigasi beban untuk model variable-speed dibandingkan dengan konstan-speed operasi menunjukkan bahwa beban drive-train fatigue untuk model operasi variable-speed berkurang untuk semua range kecepatan angin. Dalam angin rendah, beban blade-fatigue berkurang untuk operasi variable-speed meskipun beban tower meningkat tajam. Dalam angin tinggi, beban blade flap fatigue dan beban tower sama antara variable-speed dengan constant-speed.   
 


 
7.      KESIMPULAN
Strategi control ini didesain untuk turbin variable-speed stall-regulated. Model perhitungan dikembangkan dan simulasi dilakukan pada operasi dalam kondisi turbulensi angin. Pertimbangan dan hasil kesimpulan dapat ditemukan. Pengontrolan RPM dan TSR dengan mengontrol torsi generator mengikuti profil koefisien daya yang diinginkan (ditargetkan). Pada angin rendah dan moderat operasi pada atau mendekati Cpmax dapat dicapai. Pada kecepatan angin tinggi, dengan memaksa blade rotor stall, RPM dan daya dapat dibatasi sampai batas yang diinginkan. Simulasi ini dilakukan tanpa memerlukan biaya tinggi pada turbin angin, reliability, atau beban struktur jangka panjang. Tema bahasan ini akan sangat menarik jika dikaitkan dengan perubahan kerapatan atmosfir, blade soiling dan kondisi lokasi turbin dipasang, yang mana hal ini akan dipelajari pada sistem control adaptive.
 
DAFTAR PUSTAKA
 

[1] Simulation data , Wind Turbine Control Methods, http://zone.ni.com/devzone/cda/tut/p/id/8189

[2] Sunar,Rachmat Sunarya, “Rancang Bangun Yawing Control Generator SKEA Kapasitas 50 kW”, SIPTEKGAN XIV November 2010

 

Noise dan Error Sensor IMU


 
 Sensor IMU (Inertial Measurement Unit) tersusun dari sensor accelerometer dan gyroscope. Keduanya memiliki noise dan error yang harus difahami dan diatasi untuk membentuk akurasi IMU. Sumber utama error yang mengganggu proses navigasi adalah error sensor atau random noise. Diuraikan beberapa error yang umumnya terjadi pada accelerometer dan gyro. Model error biasanya tergantung pada konstruksi sensor. Misalnya laser gyro memiliki model error yang berbeda dengan MEMS (Micro Electro Mechanical Sensor) gyro. Dalam pembahasan ini menggunakan sensor jenis MEMS.
 Tipe dasar model noise pada accelerometer dan gyro adalah sebagai berikut:
Bias Errors: tipe error paling sederhana. Bias didefinisikan sebagai sinyal konstran pada keluaran sensor, independent tidak dipengaruhi oleh masukkan sensor. Bias tidak berubah selama sensor beroperasi, tetapi berubah saat sensor beroperasi dari kondisi satu ke kondisi berikutnya (turn-on to turn-on). Bias dimodelkan sebagai konstanta random. Untuk kelas sensor navigasi, bias
 Scale Factor Errors: Error sifat linier terhadap sinyal masukan. Factor skala ini biasanya dinyatakan dalam satu bagian data per sejuta data.
 Misalignment (pergeseran): mengacu pada pergeseran pada sifat mekanik sensor. Idealnya sifat mekanik accelerometer dan gyro berbentuk orthogonal triad. Hal ini adalah sejalan dengan platform koordinat frame dimana sensor menempel. Karena mencapai bentuk mekanik dengan sempurna dalam praktek kenyataan adalah hal tidak mungkin, digambarkan error alignment terhadap sumbu koordinat platform sebagai konstanta random. Sifat ini memerlukan 6 parameter untuk gyro dan 6 parameter untuk accelerometer.  Contohnya, satu parameter menggambarkan pergeseran gyro sumbu x dari sumbu-x platform di dalam arah y dan pergeseran lainnya dalam arah z. Error ini kadangkala mengacu sebagai sifat error nonorthogonalitas dan dinyatakan dalam satuan microradian.
            Error-error ini harus diidealisasikan. Sebagai contohnya, error bias hanya konstan untuk waktu pendek, tipikalnya mengalami drift yang dimodelkan sebagai proses Markov. Error factor skala selalu beberapa derajat mengalami nonlinieratas. Juga beberapa error tergantung pada tekanan (stress) yang dialami oleh sensor. Error ini dipengaruhi oleh deformasi mekanikal sensor.
Sumber error penting lainnya adalah pengaruh temperature. Sensor kelas navigasi memodelkan pengaruh temperature dan dikompensasi dengan rancangan elektronik internal sensor. Tetapi kompensasi ini tidak pernah sempuran. Akumulasi error akibat over termperatur adalah penting juga untuk diamati yaitu temperature yang dipengaruhi oleh error bias dan factor skala membuat kalibrasi sensor sulit untuk dilakukan.
Sumber error lainnya adalah proses kuantisasi. Keluaran gyro atau accelerometer diberikan dalam bentuk unit terkecil, tidak memiliki presisi yang tak terbatas. Error kuantisasi ini menghasilkan white noise pada keluaran sensor sebanding dengan magnitude kuantisasi.
Beberapa sumber error bersifat random dan hanya dapat digambarkan dalam bentuk proses stokastik. Proses stokastik adalah proses waktu random. Banyak proses ini digambarkan oleh persamaan differential dengan fungsi gaya white noise. Sinyal white noise digambarkan dalam bentuk kerapatan spectrum daya –Power spectrum density (PSD). Secara matematik jika   h adalah zero-mean white process dengan PSD N, maka:
E[h] = 0
dan
 E[h(t)h(t+t)] = Nd(t)
 dimana  d(t) adalah fungsi delta.
 Noise terpenting yang juga harus diperhatikan pada gyro adalah random walk. Random walk merupakan hasil dari integrasi white noise. Random walk dapat digambarkan dengan persamaan differensial.
 ˙x= h
 dimana h adalah white noise dengan PSD N. Variance x menjadi:
 E[x2] = Nt.
Waktu ini tergantung pada akurasi error alignment dan tidak dapat diestimasi atau dikompensasi. Accelerometer juga mengalami random walk, tetapi pengaruh kepada system navigasi sangat kecil.
            Beberapa sumber noise (gangguan system) berkorelasi dengan waktu. Nilai sekarang dipengaruhi oleh satu atau lebih nilai-nilai sebelumnya. Proses ini umumnya disebut tipe proses Markov. Proses Markov order pertama dan order kedua digambarkan oleh persamaan differensial berikut:
˙x + bx = h (order pertama)
dan
 ˙x˙+ 2abx˙ +b2x = h. (order kedua)
 Sebagai contoh, flexure sayap pada pesawat, umumnya dimodelkan dengan proses Markov order dua. Efek ini penting untuk transfer alignment. Gangguan dari tipe ini dimodelkan dalam filter dengan vector kondisi augmentasi. Untuk lebih detail proses ini didiskusikan dalam proses stokastik.
Akurasi sudut akan dapat tercapai jika semua sumber error ini dapat dimodelkan dan pemodelan ini sangat tergantung dengan aplikasi yang dirancang dan kualitas sensor yang digunakan. 

Prospek Pasar UAV yang Kuat

Prospek Pasar UAV yang Kuat

Analis Pertahanan dan kedirgantaraan mengatakan pertumbuhan yang paling dinamis di industri terletak pada sistem tak berawak (unmanned systems), khususnya kendaraan udara tak berawak (UAV).
Perang global terhadap terorisme telah mendorong Amerika Serikat untuk mengalirkan  sejumlah besar uang ke dalam program Unmanned Aerial Vehicle-nya
, kata Larry Dickerson analis Forecast Internasional.
Dickerson mengatakan pasar untuk sistem UAV pengintai, termasuk kendaraan udara, peralatan kontrol ground (ground control equiptment), dan muatan, yang diperkirakan akan senilai $ 13.600.000.000 sampai dengan 2014. "Meskipun popularitas UAV terus berkembang di seluruh dunia, AS sejauh ini merupakan pasar tunggal terbesar," katanya.
"Katalis yang paling signifikan untuk pasar ini telah menjadi pertumbuhan yang besar dari minat UAV oleh militer AS, terkait dengan kecenderungan umum ke arah perang informasi dan net-sentris sistem," kata Steve Zaloga, analis senior untuk Teal Group di Fairfax, Va, dan penulis pertama studi pasar UAV 2008. "UAV adalah elemen kunci dalam pengawasan, intelijen, dan pengintaian (ISR) bagian dari revolusi ini, dan mereka juga memperluas ke dalam misi lain dengan munculnya UAV-UAV  pemburu-pembunuh (Hunter-killer UAVs)."
Teal Group 2008 memperkirakan mempelajari pasar bahwa pengeluaran UAV akan lebih dari dua kali lipat selama dekade berikutnya dari pengeluaran saat ini UAV di seluruh dunia sebesar $ 3,4 milyar setiap tahun untuk $ 7.300.000.000 dalam satu dekade, sebesar mendekati $ 55 miliar pada 10 tahun mendatang.
selengkapnya di
 

Kata Sambutan

SAMBUTAN
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala
puji hanya bagi Allah.

Web ini adalah web pribadi yang kami buat dan kembangkan sendiri sebagai media aktualisasi dan eksplorasi kemmampuan kami dalam bidang web design (Blogger). Kami membuat web ini menggunakan Blogspot.
Kehadiran Website ini dimaksudkan antara lain agar dapat menyalurkan dan mengekspresikan kegiatan-kegiatan kami lewat tulisan, utamanya untuk kepentingan pribadi tapi sangat senang jika mendapatkan respon dari para pembaca atau blogger yang bersifat mengkritisi serta memberi masukkan yang lebih baik. Berbagai aktivitas kami dapat disampaikan secara online kepada masyarakat baik di kalangan blogger maupun masyarakat luas umumnya. 
Tidak ada kata yang pantas terucap dalam kesempatan ini, selain "Terima Kasih" kepada semua pihak yang selama ini dan di masa-masa mendatang tetap istiqomah dan konsisten, bersama-sama melakukan penelitian dan perekayasaan teknologi di bidang avionik dan kontrol UAV dan Pesawat terbang.

Selamat bekerja, tetap bersemangat.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tangerang,   September 2011
Hormat Kami


Sunar
 

Profil

Profil
Nama                          : Sunar,ST                  
Instansi                      : LAPAN
Jabatan peneliti       : Perekayasa di bidang Avionik (Aviation-Electronic) Pusat Teknologi   
                                       Penerbangan LAPAN (http://www.lapan.go.id)

Pendidikan                
1996 - 2004                 : Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Teknik elektro
Topik skripsi                 : Perancangan dan Pembuatan  Programmer mikrokontroller AT89C2x dan 
                                      AT89C5x dilengkapi dengan Eksperimenter
1993 - 1996                 : Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA N 1) Bojonegoro, Jawa Timur



Pengalaman kerja                


 2010-sekarang   : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (bidang Avionik, Pusat Teknologi Penerbangan)
-          Lomba KOMURINDO (Kompetisi Muatan Roket Indonesia) tingkat Nasional
-          Rancangan Sistem Navigasi UAV
-          Rancang Bangun Yawing Control SKEA Kapasitas 50 kW
2008 – 2010        : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
-          Lomba RUM (Roket Uji Muatan) tingkat Nasional
-          Rancang Bangun Signal Generator untuk RADAR Skunder RSX-100 LAPAN

2005 – 2010         : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, LAPAN
                                               -          Perekayasa di Bidang Instrumentasi Wahana Dirgantara
2006– 2008         : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
-          Rancang bangun Loger Potensi Angin Berbasis Telemetri Dial Up GSM.
2005-2006           :  Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
-          Rancang bangun Loger AWS (Automatic Weather Station)
Publikasi       
1.    Agus Hendra Wahyudi dan Sunar (2008), Interfacing Sensor Kecepatan Angin Ggl Induksi, Seminar IPTEK Dirgantara LAPAN 2008
2.     Eko Budi Purwanto, Ir. MT;  Sunar, ST;  Adi Wirawan, S.Si. (2008), Rancang Bangun dan Instalasi Automatic Weather Station Berbasis Teknologi Telemetri, Seminar IPTEK Dirgantara LAPAN 2008
3.    Sunar, Rancang Bangun Ground Segment Lomba Payload KORINDO 2009, Seminar IPTEK Dirgantara LAPAN 2009
4.    Sunar, Rancangan Sistem Navigasi UAV, Seminar IPTEK Dirgantara LAPAN 2010
5.      Sunar, Rachmat Sunarya, Rancang Bangun Yawing Control Generator SKEA Kapasitas 50 kW, Seminar IPTEK Dirgantara LAPAN 2010

Bisnis:
1. Tas Etnik nan Cantik Trend Masa Kini, TOKO-IRA-ONLINE
2. Main Facebook dapat duit,  sambil sedekah dan Pulsa, website 
3. Website informasi dan Peluang Bisnis Online, BISNIS ONLINE

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More